Home Sekolah Rabu, 29 Desember 2021 - 1334 WIBloading... Guru sekolah sedang membimbing siswanya yang mengerjakan tugas kelompok. Foto/Ist A A A JAKARTA - Bagi para guru tentu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswanya. Tak hanya mampu mengajar secara baik, guru ideal juga dapat menjadi teman sekaligus pembimbing bagi para siswanya. Jika Anda ingin menjadi guru yang baik, tidak ada salahnya jika Anda mencari tahu kriteria dan ciri guru yang disukai siswa. Jadi, simak penjelasannya di artikel ini!Kriteria dan Ciri Guru yang Disukai Siswa Sebelum lebih jauh membahas tentang ciri guru yang disukai siswa , artikel ini dibuat berdasarkan cuitan Rousyan Fikri, CEO Pahamify di laman Twitter miliknya. Sebagai praktisi pendidikan, Fikri telah merangkum beberapa kriteria yang menjadi cerminan sikap guru profesional dan ideal sebagai pengajar, sebagai berikut Baca Juga Mampu Menyajikan Materi Pelajaran Poin pertama yang menjadi ciri guru yang disukai siswa adalah mampu menyajikan materi pelajaran. Bukannya semua guru mampu menyajikan pelajaran? Memang benar semua guru bisa mengajar, namun hanya guru ideal lah yang mampu menyajikan materi pelajaran. Artinya, tidak hanya mengajar, seorang guru ideal harus mampu menyajikan materi pelajaran dengan cara yang disukai dan mudah dimengerti oleh para menilai, seorang guru harus menemukan cara mengajar yang efektif dan inovatif. Terlebih di masa pandemi seperti ini, selama proses pembelajaran daring, kita tidak pernah tahu bagaimana kemampuan siswa memahami materi yang disajikan secara online. Jika tidak disajikan dalam metode yang efektif, besar kemungkinannya para siswa akan merasa bosan dan meninggalkan kelas. Mampu Mengenali Setiap Siswa Jika Anda ingin dihargai oleh para siswa, Anda juga harus mengenali setiap siswa. Hal ini tentu tidak mudah, mengingat banyaknya siswa yang Anda ajarkan di kelas. Apalagi, tidak semua karakter siswa sesuai ekspektasi atau kriteria yang Anda inginkan. Namun, sebagai sikap guru profesional, Anda harus mengenal setiap siswa yang Anda ajarkan. Baca Juga Tidak harus mengingat nama siswa satu per satu, tapi setidaknya tanyakanlah kabar mereka, dan biasakan ucapkan kata tolong dan terima kasih ketika meminta bantuan mereka. Akan lebih baik lagi jika Anda mampu memahami topik yang sedang mereka perbincangkan, tren hingga kesukaan para Pernah Membandingkan Kemampuan Siswa Tidak bisa dipungkiri jika setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Sebagai seorang guru, Anda tentu akan melihat berbagai kemampuan yang dimiliki siswa. Ada siswa yang berbakat di bidang akademis seperti materi matematika, fisika dan ilmu pasti lainnya. Ada pula siswa yang mampu menyerap materi secara cepat dan rinci. Namun, ada pula siswa yang cenderung tidak tertarik dengan materi akademis, tapi sangat berbakat di bidang seni dan olah di antara ciri guru yang disukai siswa adalah tidak pernah membanding-bandingkan kemampuan mereka. Apalagi membandingkan kemampuan antar generasi. Jadi, jangan pernah melontarkan kalimat “alumni kalian lebih pintar, lebih sukses” dan sebagainya. Alih-alih menjadi motivasi belajar, para siswa justru merasa bosan dan tidak akan memperhatikan materi yang Anda sajikan. guru aplikasi pahamify sekolah pelajar guru belajar Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 21 menit yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 4 jam yang lalu 4 jam yang lalu
Sekolahyang baik akan menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis - tentang masalah minat manusia, keingintahuan, kesenian, kerajinan, warisan, peternakan, pertanian, dan banyak lagi - dan kemudian melakukannya.
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, apabila memenuhi persyaratan tes yang baik. Setidak-tidaknya ada empat ciri yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik yaitu valid, reliabel, obyektif, dan praktis Anas Sudijono, 1996 93. Suharsimi Arikunto 2012 72 menyebutkan tes yang baik adalah tes yang memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. a. Validitas Tes hasil belajar yang baik adalah tes yang bersifat valid atau memiliki validitas. Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang semestinya diukur. Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes tersebut sebagai alat pengukur keberhasilan belajar siswa dengan tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. b. Reliabilitas Kata realibititas sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan. Apabila dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur keberhasilan belajar siswa, maka sebuah tes dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap atau sifatnya ajeg dan stabil Annas Sudijono, 1996 95. c. Objektifitas Objektif dalam pengertian sehari-hari adalah tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Tes hasil belajar dikatakan objektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya maka kalimat apa adanya megandung pengertian bahwa materi tes tersebut adalah bersumber dari materi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Ditilik dari segi pemberian skor, maka tes objektif adalah tes yang terhindar dari unsur-unsur subjektif unsur pribadi yang mempengaruhi. Misalnya tulisan yang lebih bagus mendapat skor yang lebih tinggi dari tulisan yang jelek meskipun memiliki jawaban yang sama. d. Praktikabilitas Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, dan mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi 32 dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain. e. Ekonomis Ekonomis yang dimaksud disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi tes bentuk uraian dan tes bentuk objektif. a. Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian Tes hasil belajar bentuk uraian essay test yang juga sering dikenal dengan istilah tes subjektif adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Menurut Anas Sudijono 2006 100 tes bentuk uraian adalah tes yang memiliki beberapa karakteristik yaitu; 1 tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang biasanya cukup panjang, 2 bentuk-bentuk pertanyaan atau perintahnya menuntut testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya, 3 jumlah butir soalnya tidak banyak hanya berkisar lima sampai dengan sepuluh butir, 4 pada umumnya butir-butir soal tes uraian diawali dengan kata-kata jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Tes hasil belajar bentuk uraian memiliki kebaikan-kebaikan antara lain 1 mudah disiapkan dan disusun, 2 tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan, 3 mendorong siswa berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus, 4 memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri, 5 dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. Adapun kekurangan dari tes uraian adalah; 1 kadar validitas dan reliabilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang benar-benar telah dikuasai, 2 kurang representatif dalam mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja terbatas, 3 cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif, 4 pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai, 5 waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Bertitik tolak dari keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk uraian yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa petunjuk dalam penyusunannya yaitu 1 hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif, 2 hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan, 3 pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya, 4 hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara jelaskan, mengapa, bagaimana, seberapa jauh, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan, 6 hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba, 7 hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang 34 dikendaki oleh penyusun tes, untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik Suharsimi Arikunto, 2012 178-179. b. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item atau dengan jalan menuliskan mengisiskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan Annas Sudijono, 1996 106-107. Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dibedakan menjadi beberapa macam yaitu tes objektif bentuk benar-salah, bentuk pilihan ganda, bentuk menjodohkan, bentuk isian, dan bentuk melengkapi. Masing-masing bentuk tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tes objektif memiliki beberapa kebaikan diantara yaitu 1 mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun guru, 2 lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi, 3 pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain, 4 pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi Suharsimi Arikunto, 2012 180. Adapun kelemahannya adalah 1 persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti, 2 soal-soalnya cenderung untuk mengungkap ingatan dan pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi, 3 banyak kesempatan untuk main untung-untungan, 4 kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal lebih terbuka Suharsimi Arikunto, 2012 180. Anakmengkonstruksi pengetahuan Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak lainnya Kegiatan belajar anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus dan mulai dengan kesadaran kemudian beralih ke eksplorasi, pencarian, dan akhirnya ke penggunaan Anak belajar melalui bermain 50 Ciri Karakteristik Sekolah yang Baik - Sekolah merupakan salah satu sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pastinya setiap orang tua menginginkan anaknya menimba ilmu di sekolah yang baik dan berkualitas, dapat menjadikan anaknya orang yang bisa memberikan manfaat. Inilah 50 ciri karakteristik sekolah yang baik. Sebuah sekolah yang baik secara nyata dapat meningkatkan kualitas yang ada di dalamnya. Sekolah yang baik beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan sosial. Sekolah yang baik menggunakan setiap sumber daya, keuntungan, hadiah, dan peluang yang dimiliki untuk menumbuhkan siswa dan cenderung melihat lebih banyak sumber daya, keuntungan, hadiah, dan peluang daripada sekolah yang berkinerja lebih rendah. Sekolah yang baik memiliki siswa yang rukun dan mendukung satu sama lain menuju tujuan bersama - dan mereka tahu apa tujuan itu. Sekolah yang bagus menghasilkan siswa yang membaca dan menulis karena mereka mau. Sekolah yang bagus mengakui kegagalan dan keterbatasannya saat bekerja bersama dengan 'komunitas global' untuk tumbuh. Sekolah yang baik memiliki ukuran keberhasilan yang beragam dan meyakinkan — ukuran yang dipahami dan dihargai oleh keluarga dan masyarakat. Sekolah yang bagus penuh dengan siswa yang tahu apa yang pantas dipahami. Sekolah yang baik berbicara bahasa anak-anak, keluarga, dan komunitas yang dilayaninya. Sekolah yang bagus meningkatkan sekolah dan organisasi budaya lain yang terhubung dengannya. Sekolah yang baik memahami hubungan antara rasa ingin tahu, penyelidikan, dan perubahan manusia terakhir. Sebuah sekolah yang baik memastikan bahwa setiap siswa dan keluarga merasa disambut dan dipahami dengan persyaratan yang sama. Sekolah yang baik penuh dengan siswa yang tidak hanya mengajukan pertanyaan besar, tetapi melakukannya dengan frekuensi dan keganasan yang luar biasa. Sekolah yang baik mengubah siswa; siswa mengubah sekolah yang hebat. Sekolah yang baik memahami perbedaan antara ide yang buruk dan implementasi yang buruk dari ide yang baik. Sekolah yang baik menggunakan pengembangan profesional yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas guru seiring waktu. Sekolah yang bagus tidak membuat janji kosong, membuat pernyataan misi yang menyesatkan, atau menyesatkan orang tua dan anggota masyarakat dengan edu-jargon. Itu asli dan transparan. Sekolah yang baik menghargai para guru, administrator, dan orang tua sebagai agen keberhasilan siswa. Sekolah yang baik bersedia 'berubah pikiran' dalam menghadapi tren, data, tantangan, dan peluang yang relevan. Sekolah yang baik mengajarkan pemikiran, bukan kepuasan. Sekolah yang bagus layaknya itu sendiri — membuat teknologi, kurikulum, kebijakan, dan 'bagian-bagiannya' kurang terlihat dibandingkan siswa dan harapan serta pertumbuhan. Sekolah yang baik mengganggu praktik budaya yang buruk. Ini termasuk intoleransi berdasarkan ras, pendapatan, keyakinan, dan preferensi seksual, keberpihakan, dan sikap apatis terhadap lingkungan. Sebuah sekolah yang bagus menghasilkan siswa yang melihat dan mengenal diri mereka sendiri dalam konteks mereka sendiri dan bukan hanya sebagai 'siswa yang baik.' Konteks ini harus mencakup faktor geografis, budaya, berbasis komunitas, berbasis bahasa, dan faktor dan gagasan profesional. Sebuah sekolah yang baik menghasilkan siswa yang memiliki harapan pribadi dan spesifik untuk masa depan yang dapat mereka artikulasikan dan percayai dan bagi dengan orang lain. Sekolah yang bagus menghasilkan siswa yang dapat berempati, mengkritik, melindungi, mencintai, menginspirasi, membuat, merancang, memulihkan, dan memahami hampir semua hal - dan kemudian melakukannya sebagai kebiasaan. Sekolah yang baik akan terhubung dengan sekolah yang baik lainnya - dan menghubungkan siswa juga. Sekolah yang baik lebih mementingkan praktik budaya daripada praktik pedagogis — siswa dan keluarga daripada sekolah lain atau status pendidikan quo. Sekolah yang baik membantu siswa memahami sifat pengetahuan - jenisnya, fluiditas, penggunaan / penyalahgunaan, aplikasi, peluang untuk transfer, dll. Sekolah yang baik akan mengalami gangguan dalam pola dan praktik serta nilai-nilainya sendiri karena siswanya kreatif, berdaya, dan terhubung, dan menyebabkan perubahan yang tidak terduga. Sekolah yang baik akan menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis - tentang masalah minat manusia, keingintahuan, kesenian, kerajinan, warisan, peternakan, pertanian, dan banyak lagi - dan kemudian melakukannya. Sekolah yang baik akan membantu siswa melihat diri mereka sendiri dalam hal pembingkaian historis, warisan keluarga, konteks sosial, dan konektivitas global. Sekolah yang bagus menginginkan semua siswa di tingkat kelas’ Sekolah yang baik memiliki perpustakaan yang bagus dan pustakawan yang mencintai siswa dan yang mencintai buku serta ingin keduanya membuat koneksi yang bermakna. Sekolah yang bagus mungkin memiliki ruang pembuat dan printer 3D serta program seni dan humaniora yang hebat, tetapi yang lebih penting, ruang belajar semacam ini dikarakterisasi oleh siswa dan gagasan mereka daripada 'program' dan teknologi itu sendiri. Sekolah yang baik penuh dengan sukacita, keingintahuan, harapan, pengetahuan, dan perubahan yang konstan. Sekolah yang baik mengakui ketika ia memiliki masalah daripada menyembunyikan atau 'membingkai ulang itu sebagai kesempatan.' Terkadang, terlalu banyak pola pikir pertumbuhan bisa menjadi hal yang buruk. Sekolah yang bagus tidak memiliki pertemuan yang tidak perlu. Sekolah yang bagus tidak mengeluarkan uang hanya karena ada di sana. Sekolah yang baik mungkin menyukai pembelajaran berbasis proyek tetapi lebih menyukai proyek dan siswa lebih banyak mengerjakan proyek. Sekolah yang baik menjelaskan hasil tes dengan jujur ​​dan sesuai konteks. Sekolah yang baik tidak pernah menyerah pada siswa dan bergantung pada pemikiran kreatif dan solusi bagi siswa yang 'menantang' mereka. Sekolah yang bagus tidak takut untuk meminta bantuan. Sebuah sekolah yang baik melihat masa depan pembelajaran dan menggabungkannya dengan potensi masa kini. Sekolah yang bagus tidak menghasilkan siswa dengan sedikit atau tanpa harapan untuk masa depan. Sekolah yang baik memisahkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kompetensi - dan membantu siswa melakukan hal yang sama. Sekolah yang bagus 'memindahkan' siswa berbakat sejauh 'saat mereka memindahkan siswa yang berjuang. Sekolah yang baik mendapat manfaat dari hadiah dan sumber daya siswa dan keluarganya - dan kemudian mendukung hadiah dan sumber daya itu sebagai imbalan. Sekolah yang bagus tidak menguras tenaga guru dan administrator. Sekolah yang baik terasa menyenangkan untuk belajar, mengajar, mengunjungi, dan pengalaman lainnya. Sekolah yang bagus berupaya menumbuhkan guru-guru hebat yang berupaya menumbuhkan semua siswa untuk membentuk dan mengubah dunia mereka. Semoga bermanfaat dan menjadi salah satu referensi untuk memilih sekolah bagi anak-anak. 5kaAPbz.